Medan, Armadaberita.com – Ketua Relawan Prabowo, Muhammad Ikhyar Velayati, melontarkan sindiran tajam kepada Ketua DPP PDIP, Djarot Syaiful Hidayat, yang mengibaratkan Pilgub Sumatera Utara 2024 sebagai “semut melawan gajah.”
“Saya heran dengan perumpamaan beliau. Masa Gubernur Incumben dibilang semut, sementara walikota disebut gajah? Mungkin dulu SD-nya di luar negeri, jadi pribahasanya beda dengan yang kita pelajari dulu,” sindir Ketua Relawan Persatuan Nasional di Medan, Kamis sore (11/7/2024).
Sebelumnya, Djarot mengibaratkan pemilihan gubernur Sumatera Utara seperti pertempuran semut melawan gajah, dan menyebut bahwa semut bisa menang melawan gajah. “Kita akan berusaha membangun koalisi dan kerja sama dengan rakyat. Kita akan bentuk koalisi sendiri. Biarkan semut melawan gajah,” ujarnya kepada wartawan di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta Pusat.
Ikhyar Velayati, yang juga dikenal sebagai Aktivis 98, mengimbau para tokoh dan elit politik untuk selalu menyampaikan narasi yang sejuk agar Pilkada Serentak 2024 berjalan aman dan kondusif. “Tokoh dan elit politik seyogyanya membuat pernyataan yang sejuk dan mendidik masyarakat terkait pilkada serentak ini,” imbaunya.
“Pilkada ini adalah pesta demokrasi, bukan pertarungan antar kelompok masyarakat apalagi perang. Hendaknya pernyataan yang dilontarkan bisa membuat suasana pesta menjadi lebih ceria, gembira, aman, dan tentram,” jelas Ikhyar.
Menanggapi pernyataan Djarot, Ikhyar menegaskan, dalam kontestasi demokrasi 2024 tidak ada istilah semut atau gajah. “Dalam kontestasi demokrasi, yang ada hanya calon yang didukung rakyat versus calon yang tidak didukung rakyat,” tegasnya.
Djarot menjelaskan lebih lanjut bahwa yang dimaksud dengan sosok semut adalah Bakal Calon Wakil Gubernur Edy Rahmayadi dan Mantan Bupati Taput dua periode, Nikson Nababan. “Suara semut yang kita maksud itu disalurkan melalui PDI Perjuangan. Ada Pak Edy Rahmayadi, ada Nikson Nababan, kita juga punya banyak stok, ada akademisi, tokoh,” pungkas Djarot.
Dengan sindiran dan pernyataan yang menggelitik ini, publik diharapkan dapat melihat persaingan politik dengan lebih bijak dan tetap menjaga suasana demokrasi yang damai. (Dewa)