Medan, ArmadaBerita.Com
Perekonomian Sumut tercatat 4,65% (yoy), jauh di atas Nasional dan Sumatera yang masing-masing tercatat 2,97% (yoy) dan dan 3,25% (yoy).
“Secara spasial, pertumbuhan ekonomi Sumut tertinggi ke-2 setelah Sumsel (4,98%; yoy). Di era pandemi, realisasi ini masih cukup baik meski melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (5,21%;yoy), sesuai pola historis di awal tahun,” kata Kepala BI Sumut, Wiwiek Sisto Widayat dalam siaran langsung bersama awak media di join Zoom Meeting, Jum’at (8/5/2020) siang.
Wiwiek memaparkan bahwa sisi permintaan ditopang oleh akselerasi konsumsi RT didorong oleh meningkatnya pendapatan masyarakat seiring dengan kenaikan harga CPO.
Di satu sisi, investasi mengalami perlambatan dipengaruhi oleh belum terealisasinya belanja modal pemerintah dan pembangunan swasta yang terbatas yang terkonfimasi oleh penurunan penjualan semen.
“Ekspor terkontraksi akibat penurunan permintaan eksternal pada masa pandemi. Sementara, impor terkontraksi lebih dalam didorong oleh penurunan impor barang modal serta terbatasnya pelancong ke luar negeri karena Covid-19,” katanya.
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi triwulan I 2020 ditopang oleh perbaikan kinerja LU Pertanian seiring dengan peningkatan harga jual komoditas perkebunan serta peningkatan produksi tabama.
Sementara itu, prospek ekonomi global yang menurun menyebabkan permintaan LU Industri terbatas dan pembangunan swasta tertahan. Menurunnya kinerja LU Konstruksi menyebabkan penurunan penjualan bahan bangunan yang menahan kinerja LU Perdagangan.
LU Transportasi dan Pergudangan juga tumbuh melambat terutama karena adanya pembatasan aktivitas transportasi udara serta menurunnya perdagangan luar negeri akibat lockdown dan himbauan social distancing di berbagai negara.
Triwulan II 2020 Melambat
Sementara, Tracking PDRB Triwulan II 2020, perekonomian diprediksi melambat akibat dampak Covid-19
Dalam skenario mild, meluasnya dampak Covid-19 diprakirakan mendorong perlambatan perekonomian Sumut menjadi berada di kisaran 4,3% – 4,7% (yoy) melambat 0,8% dari baseline dalam skenario sedang.
Dengan perkembangan terkini, dimana pertumbuhan dunia diperkirakan tumbuh 0,9% (yoy) (BI) serta tiongkok tumbuh hanya 2.3% (World Bank), perekonomian Sumut berpotensi melambat lebih dalam pada kisaran 2,2 – 2,6% (yoy) dalam skenario berat. Dalam kondisi sangat berat, ekonomi sumut dapat turun hingga 1,2 – 1,6% (yoy).
“Seluruh komponen permintaan diprediksi bias ke bawah. Sementara komponen LU utama akan melambat, terutama perdagangan dan pariwisata,” paparnya.
Dijelaskan Wiwiek, dampak Covid-19 terhadap perekonomian Sumatera Utara berasal dari tekanan sektor eksternal dan domestik.
Perlambatan terdalam akan dirasakan pada triwulan II 2020 dan akan meningkat pada triwulan berikutnya seiring dengan fase pemulihan akibat Covid-19.
“Pada kasus Covid-19 perlambatan dirasakan di sektor eksternal maupun domestik, untuk itu dibutuhkan upaya keras untuk menahan penurunan daya beli masyarakat melalui program jaring pengaman sosial melalui anggaran pemerintah,” ungkapnya.
Sementara dari sisi pengeluaran seluruh komponen melambat lebih dalam, namun demikian konsumsi pemerintah diperkirakan relatif tetap.
“Tekanan harga di seluruh kota IHK menurun. April 2020, Sumatera Utara alami deflasi,” bilang Wiwiek.
Secara spasial, rinci Wiwiek, tekanan harga di seluruh kota IHK menurun. Deflasi tertinggi terjadi di Kota Gunungsitoli sebesar -0,71% (mtm), disusul oleh Kota Sibolga (-0,66%;mtm), Kota Pematangsiantar (-0,40%;mtm), dan Kota Medan (-0,28%;mtm). Adapun Kota Padangisdimpuan mencatatakan inflasi terendah se-Indonesia sebesar 0,04% (mtm). (Nst)











