Jakarta, ArmadaBerita.Com
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai jika sektor jasa keuangan masih terjaga stabil dan pasar keuangan juga menguat di tengah sentimen positif akibat periode cut cykle bank central atau pemotongan tingkat bunga bank central di berbagai negara. Akan tetapi, OJK mewaspadai bahwa prospek ativasi perekonomian dunia melemah.
Hal itu diutarakan Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar dalam pemaparannya bersama anggota Dewan Komisioner lainnya pada konferensi pers mengemukakan hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) yang dilaksanakan secara langsung di Jakarta dan disiarkan live streaming melalui Youtube OJK, pada Selasa (1/10/2024).
Pada paparannya, Mahendra menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi global mengalami penurunan di mayoritas negara utama. Dimana The Fed Bank Central Amerika Serikat menurunkan outlook pertumbuhan ekonomi tahun 2024 dan diikuti level pengangguran serta penurunan inflasi.
Sedangkan di Tiongkok, terdapat perlambatan aktivitas manufaktur sehingga mendorong peningkatan tingkat pengangguran ke level tertinggi dalam 6 bulan terakhir. Serta, tingkat pengangguran muda, yang meningkat. Sementara itu, tekanan perekonomian eropa juga semakin dalam. Terlihat dari penurunan outlook pertumbuhan dan proyeksi inflasi yang meningkat.
“Perkembangan tersebut mendorong bank central global memulai siklus penurunan suku bunga yang cukup agresif. Dumana The fed menurunkan Fed Fund Rate (suku bunga berpengaruh di perekonomian Amerika), sebesar 50 basis poin,” sebut Mahendra.
Di Tiongkok, sebut Mahendra, PBOC atau Bank Central Tiongkok cukup agresif dalam mendukung perekonomian. Dimana Tiongkok menurunkan suku bunga kebijakannya dan berjanji akan mengambil kebijakan akomodatif lanjutan. Diantaranya, dengan menurunkan GWM (Giro Wajib Minimum) 50 basis point, untuk meningkatkan likuiditas perbankan, penurunan upah pembelian rumah, serta memperpanjang sektor properti selama 2 tahun.
Selain itu, kebijakan fiskal Tiongkok juga akomodatif. Untuk eropa, ECB (bank central eropa) dan bank of england juga telah memulai siklus penurunan suku bunga. “Kebijakan moneter global yang akomodatif tersebut, mendorong kenaikan likuiditas di pasar keuangan. Tercermin dari penguatan pasar modal global di mayoritas negara,” ungkapnya.
Di domestik, lanjut Ketua Dewan Komisioner OJK, kinerja perekonomian terjaga stabil dengan tingkat inflasi yang terjaga dan neraca perdagangan yang tercatat surplus. Meski pun penurunan suku bunga kebijakan mendorong sentimen positif di pasar keuangan, kata Mahendra, namun sinyal pelemahan perekonomian global, tensi geopolitik yang tersistem tinggi, dan koreksi terhadap harga komoditas mengakibatkan resiko ketidakpastian ke depan masih tinggi.
“Sehingga perlu diwaspadai oleh sektor jasa keuangan untuk melakukan langkah antisipasif yang diperlukan,” bilang Mahendra.
Untuk itu, OJK dalam periode yang lalu telah memperkuat kerjasama dengan bank negara Malaysia dan mengadakan pertemuan antara gubernur Bank Central Malaysia dengan OJK selaku Ketua DK OJK. “Kami membahas berbagai kerjasama khususnya potensi kolaborasi di bidang perbankan syariah, keuangan berkelanjutan, dan perkembangan lembaga jasa keuangan di kedua negara,” jelasnya.
Saat ini OJK juga sedang menyusun ketentuan terkait RPOJK (Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan) profesi penunjang sektor jasa keuangan yang mengatur kewajiban bagi profesi penunjang yang bergerak di sektor jasa keuangan untuk terdaftar di OJK. (Asn)
Klik subscribe, untuk mendapatkan pemberitahuan informasi terbaru.