Medan, ArmadaBerita.Com
Mata uang rupiah kembali menguat tajam pada perdagangan hari ini. Rupiah terpantau menguat dikisaran 15.230 per US Dolarnya, Kamis (19/9/2024).
Menanggapi hal itu, Pengamat Ekonomi, Gunawan Benjamin kepada wartawan di Medan menyebut, penguatan Rupiah ini tentunya lebih banyak memberikan dampak positif bagi perekonomian secara umum. Termasuk juga berpeluang mendorong penurunan harga kebutuhan pokok masyarakat.
Namun, kata Gunawan yang juga sebagai Ketua Tim Pemantau Harga Pangan ini menyebut, tidak semua harga kebutuhan pangan strategis masyarakat akan bergerak turun nantinya.
Menurutnya, komoditas bawang putih memiliki peluang yang besar untuk turun di saat rupiah menguat dengan tajam. Dan beberapa komoditas lainnya seperti daging sapi, daging ayam, telur ayam dipengaruhi secara tidak langsung dengan fluktuasi mata uang Rupiah.
“Penguatan Rupiah akan lebih banyak menekan biaya produksi peternak seperti bahan baku sapi indukan, obat obatan, tepung ikan, bungkil kedelai serta sejumlah kebutuhan pangan lainnya,” ujarnya.
Selain itu, imbuh Gunawan, penguatan rupiah juga bisa menekan harga pokok produksi pada sejumlah tanaman hortikultura maupun tanaman pangan. Namun, jelasanya, lagi-lagi dampaknya tidak akan langsung dirasakan.
“Penguatan rupiah berpeluang menekan biaya produksi dari pupuk yang bahan bakunya impor, pertisida ataupun herbisida, serta dalam bentuk tekanan biaya produksi lainnya. Dan penguatan Rupiah akan berpeluang menekan harga kebutuhan makanan dan minuman dalam kemasan,” sebutnya.
Meskipun penguatan rupiah tidak akan instan merubah harga, Gunawan berpendapat, penguatan rupiah yang berpeluang terjadi dalam kurun waktu setidaknya 6 bulan, berpeluang menekan sejumlah kebutuhan makanan dan minuman. Penguatan rupiah yang terjadi belakangan ini akan menjadi kabar positif bagi kemungkinan harga bahan kebutuhan pokok yang lebih terjangkau.
“Akan tetapi, bukan berarti penguatan Rupiah sama sekali membuat harga kebutuhan pangan pokok tidak akan naik. Karena sisi produksi tetap berfluktuasi, yang dipicu oleh memburuknya faktor cuaca, dan harga di tingkat petani yang bisa saja membuat petani atau peternak enggan menambah indukan atau memperluas tanaman pangannya,” pungkasnya. (Asn)
Klik subscribe, untuk mendapatkan pemberitahuan informasi terbaru.