Hamparan Perak, ArmadaBerita.Com
Beberapa bocah laki-laki berseragam putih duduk di lesehan. Baru saja mereka selesai melantunkan ayat-ayat suci Alquran, dan membacakan hapalan do’a saat kami tiba. Mereka melanjutkan aktivitasnya menonton acara salawatan dari layar tancap (videotron). Ustadz Surya didampingi seorang relawan pendidik begitu sabar mengajari anak-anak ini mengaji.
Tempat itu terbilang luas. Ditaksir seluas 19×12 meter persegi. Lesehan itu berupa ruangan terbuka, dengan lantai ubin. Sebenarnya, lesehan ini seperti hanya bagian dari teras rumah. Namun, didesain khusus menjadi satu pemondokan pesantren. Lokasinya berada di Jalan Perjuangan, Gang Cempaka, Dususn XIX, Desa Kelambir V, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, Sumut.
Pondok ini dinamakan Darul Tahfidz Asy-Syairun. Tidak sembarangan catut. Nama Darul Tahfidz Asy-Syairun diambil dari nama ayah seorang pria bernama Irfansyah, pendiri pondok tersebut. Irfan meminjam nama ayahnya sebagai bentuk rasa cinta penghormatannya kepada almarhum sang ayah yang telah mewariskannya nilai-nilai kebaikan sejak dari kecil.
Pondok pesantren ini khusus diperuntukkan bagi anak-anak yatim-piatu dan kaum dhuafa. Supaya mereka bisa untuk belajar mengaji, sholat dan solawat secara gratis. Belajar untuk bekal mereka di masa depan. Agar ada yang jadi pandu hidup mereka, kelak.
Mungkin Anda penasaran dengan Irfansyah. Siapa dia? Lelaki ini adalah sosok yang ulet dan rajin, dan gigih. Ia mendermakan dirinya untuk negara, mengambil peran sebagai polisi. Kini ia bertugas dinas bidang hukum Polda Sumut. Pangkatnya Bripka.
Ditemui di pondoknya, siang tadi, Irfansyah bercerita banyak soal ide pendirian pondok pesantrennya itu. “Sebagai polisi, waktu kita banyak untuk masyarakat. Sepulang tugas saya ngurusi di pangkalan gas dan meluangkan waktu bersama keluarga,” tutur Irfansyah.
Ramadan 1442 H kemarin, tatkala umat muslim berpuasa dan meningkatkan amal ibadahnya, Irfansya meyakini ia memperoleh hidayah saat melihat anak-anak bermain tak tentu arah. Ketika itu di 9 Ramadhan. Pikirannya berkecamuk, ada tanya di hati. “Bagaimana caranya agar bisa membimbing dan mendidik anak yang memiliki banyak waktu luang gara-gara pandemi Covid-19 ini,” kata dia.
Entah bagaimana, terbesit ide dibenaknya untuk membantu anak-anak yatim-piatu dan kurang mampu itu dengan memberikan pendidikan agama islam secara gratis. Soal pembiayaan, perkara belakangan. “Saya lihat di sini banyak anak-anak bermain tak tentu arah. Misalnya, mereka buka puasa tidak waktunya, bermain yang tidak bermanfaat, sehingga saya bercerita ke istri saya untuk membuka tempat pendidikan gratis,” imbuhnya.
Ternyata niat baiknya itu didukung sang istri. Beberapa rekan, Ustadz juga merespon positif idenya itu. Dengan uang tabungan dan menjual beberapa ternak peliharaan, Irfansyah pun mulai menyulap lahan seluas 8 rante di areal bangunan tempat tinggalnya itu untuk membangun tempat belajar yang direncanakan menjadi pesantren. Sedikit demi sedikit ia mencicil bahan bangunan hingga memiliki sebuah tempat belajar anak-anak dan beberapa tempat tinggal bagi santri.
“Alhamdulillah, masih seperti ini jadinya, Bang karena nyicil membangunnya dan saya tak mau hasil membangunnya dibilang dari meminta-minta. Yah sekarang sudah ada 18 santri. Saat ini dari 18 santri 8 yang mondok dan 10 santri lagi pulang hari. Insyaallah menyusul ada 11 santri lagi yang mau datang ke sini,” ujar lelaki yang murah senyum itu.
Dengan segala daya upaya, pada malam ke 9 Ramadan, pembangunan pondok itu akhirnya terlaksana, lalu diresmikan oleh buya K.H.Amiruddin M.S di malam ke 27 Ramadan di Nuzul Qur’an. “Ini hidayah bagi saya dan tak luput dari nasihat sahabat, ustad Surya,” katanya, senang.
Saat sekarang ini, ke 18 santri anak laki-laki itu sudah mengenyam pendidikan di Darul Tahfidz Asy-Syairun. Mimpi anak yatim-piatu dan kaum duafa itu pun serasa terang dan terselamatkan. Bagi Irfansyah, banyaknya keperluan untuk mendidik para santri tanpa dipungut biaya membuatnya ikhlas menyumbangkan gaji polisinya.
Ia yakin, bahwa dengan ketulusan dan ridho Allah SWT, ia tak takut rezkinya akan berkurang dan tak takut melarat meski gaji dan uang dagangannya banyak tercurah untuk pendidikan gratis tersebut. Sebab, umumnya yang mengenyam pendidikan Tahfisz di Darul Tahfidz Asy-Syairun adalah anak-anak yatim-piatu dan kaum duafa.
Selain menjadi polisi, Irfan juga mengelola pangkalan penjualan gas elpiji. Meski kecil-kecilan. Keuntungan dari penjualan elpiji ini cukup untuk menghidupi ekonomi keluarganya. “Tapi saya selalu membagi waktu, agar bisa berkumpul dengan anak dan istri,” pesannya.
Ayah tiga anak ini tak sungkan bahkan senang bila ada orang yang merekomendasikan anak yatim-piatu atau duafa untuk belajar di tempatnya. Belajarnya tidak dipungut biaya. Gratis. Ia yakin, sampai saat ini dirinya masih mampu membiayai operasional pemondokan. Sekarang ini, ia bertekad mengembangkan pondoknya agar serupa pondok pesantren pada umumnya, memiliki tenaga pendidik yang profesional, proposional dan terakreditas.
“Lahan ini mampu menampung seratusan santri. Tapi saat ini saya khususkan masih santri laki-laki saja dan merupakan anak yatim-piatu. Kalaupun masih ada orangtuanya tapi orang tuanya tidak mampu, sehingga bisa kita bantu,” sambungnya.
Bersama Ustadz Surya dan guru relawan, Irfan sekarang banyak meluangkan waktunya mendidik anak-anak. Keterampilannya membuat video ternyata bisa diterapkan sebagai metode pembelajaran para santri. “Trik saya mengajar anak-anak itu, saya minta dalil (ayat Alquran dan hadits) dari pengajarnyanya atau ustadznya, lalu dari potongan dan makna ayat tersebut saya konsep sedemikian rupa pakai videotrond yang saya beli. Di situlah saya konsep. Saya jadikan tontonan video yang bisa dinikamati anak-anak,” terangnya.
Menurutnya, semua yang dilakukannya itu berharap bisa jadi bekal amal jariyah di hadapan sang Khalik. Meski terbilang baru merintis, dia berharap, pesantren gratis yang dibangunnya ini bisa menjangkau lebih banyak anak-anak yatim-piatu dan kaum dhuafa. “Awalnya orangtua dan abang saya agak cemas, karena yang saya rawat ini kaum duafa dan anak yatim-piatu, saya ditanya orang tua sampai kapan ini saya lakukan? Saya bilang sampai akhir zaman nanti dan jika saya tiada nanti, saya bisa titip ini sama keluarga,” imbuh Irfansyah.
Irfansyah mengaku pekerjaannya sebagai polisi tak menyulitkannya memberi pendidikan agama gratis terhadap kaum duafa dan yatim-piatu. Bahkan ia mengaku sudah mendapat restu dari atasannya. Untuk itu ia berterima kasih kepada Kapolda Sumut Irjen RZ Panca Putra dan juga Kepala Bidang Hukum Kombes Andrey Setiawan yang terus mendukungannya.
“Saya ucapkan terimakasih kepada Kapolda Sumatera Utara. Dan malam ke 27 Ramadan saya informasikan ke atasan saya, pak Andrey, bahwa saya dirikan Darul Tahfidz Asy-Syairun dengan biaya gratis untuk anak yatim-piatu dan duafa. Beliau menjawab lanjutkan perjuanganmu Fan, kiranya amal jariahmu lebih baik. Itu pesan beliau,” ungkapnya.
Di kesempatan itu, pendiri Darul Tahfidz Asy-Syairun dikunjungi Ketua Badan Pembinaan Qari-Qari’ah, Hafiz-Hafizhah Dan Seni Kaligrafi Al-Quran Sumatera Utara (BAPQAH SIKA), H. Lagut Sutan Pulungan. Mantan dosen ini membawa anak-anak didiknya yang merupakan palantun sari tilawah dan Qori’ah. Bahkan saat itu juga, Ririn Fadhilah anak asuhnya menunjukan lantunan ayat suci alquran yang dibacakannya secara langsung. Ririn Fadhilah ini merupakan binaannya yang baru-baru ini memproleh juara III nasional sebagai Qori’ah.
H. Lagut Sutan Pulungan memuji gagasan dan keberanian Irfansyah mendirikan Darul Tahfidz Asy-Syairun. Menurutnya, ini sesuatu yang sangat jarang terjadi, apalagi pendirinya seorang polisi yang kebanyakan waktunya untuk masyarakat umum. “Dengan ini BAPQAH SIKA sangat mendukung, dan bertanggung jawab membantu mempersiapkan tenaga pendidik yang profesional,” sebutnya.
Selain kehadiran H. Lagut Sutan Pulungan, juga hadir Ketua Persatuan Wartawan (Pewarta) Polrestabes Medan Chairum Lubis, SH bersama para pengurus dan anggota. Mereka memuji Bripka Irfansyah karena keuletan dan keikhlasannya mendirikan pondok pesantren gratis bagi yatim-piatu dan dhuafa. “Saya apresiasi sekali, apalagi yang belajar di Darul Tahfidz Asy-Syairun ini tidak dikutip biaya apapun alias gratis,” ucap Sekretaris Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Sumut itu.
Dalam acara silaturahim itu, Pendiri Darul Tahfidz Asy-Syairun Bripka Irfansyah memberikan bingkisan kepada pengurus dan anggota Pewarta Polrestabes Medan. Selain itu Ketua Bapqah Sika menyerahkan cinderamata berupa kaligrafi kepada Pendiri Darul Tahfidz Asy-Syairun. (ASN)
Klik subscribe, untuk mendapatkan pemberitahuan informasi terbaru.